Dec 06, '07 9:45 AM
KEJADIAN INI TERJADI DI SEBUAH KOTA KECIL
DI TAIWAN, DAN SEMPAT DIPUBLIKASIKAN LEWAT MEDIA CETAK DAN ELEKTRONIK.
Ada seorang pemuda bernama A Be. Dia anak
yang cerdas, rajin dan cukup cool. Setidaknya itu pendapat cewek yang kenal
dia. Baru beberapa tahun lulus dari kuliah dan bekerja di sebuah perusahaan
swasta, dia sudah dipromosikan ke posisi manager. Gajinya pun cukup lumayan.
Tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari
kantor. Tipe orangnya yang humoris dan gaya sederhana membuat banyak
teman-teman kantor senang bergaul dengan dia, terutama dari kalangan
cewek-cewek jomblo. Bahkan dari putri pemilik perusahaan tempat dia bekerja
juga menaruh perhatian khusus pada A Be.
Di rumahnya ada seorang wanita tua yang
tampangnya seram sekali. Sebagian kepalanya botak dan kulit kepala terlihat
seperti borok yang baru mengering. Rambutnya hanya tinggal sedikit di bagian
kiri dan belakang. Tergerai seadanya sebatas pundak. Mukanya juga cacat seperti
luka bakar.
Wanita tua ini betul-betul seperti monster
yang menakutkan. Ia jarang keluar rumah kalau tidak ada keperluan penting.
Wanita tua ini adalah ibu dari A Be. Walau demikian, sang ibu selalu setia
melakukan pekerjaan rutin layaknya ibu rumah tangga lain yang sehat. Membereskan
rumah, pekerjaan dapur, mencuci pakaian menggunakan mesin cuci, dan
lain-lainnya. Juga memberikan perhatian yang besar kepada anak satu-satunya A
Be.
Namun A Be adalah pemuda normal seperti
layaknya anak muda yang lain. Ibunya yang cacat menyeramkan itu, membuatnya
sulit untuk mengakuinya. Setiap kali ada teman atau kolega bisnis yang bertanya
siapa wanita cacat di rumahnya, A Be selalu menjawab itu adalah pembantu yang
ikut ibunya dulu sebelum meninggal.
“Dia tidak mempunyai saudara, jadi saya
tampung, karena kasihan” jawab A Be.
Hal ini sempat terdengar dan diketahui oleh
sang ibu. Tentu saja ibunya sedih sekali. Tetapi ia tetap diam dan menelan
ludah pahit dalam hidupnya. Ia semakin jarang keluar dari kamarnya, takut
anaknya sulit untuk menjelaskan pertanyaan mengenai dirinya.
Hari demi hari kemurungan sang ibu semakin
parah. Suatu hari ia jatuh sakit yang cukup parah. Tidak kuat bangun dari
ranjang. A Be mulai kerepotan mengurusi rumah, menyapu, mengepel, mencuci
pakaian dan menyiapkan segala keperluan sehari-hari yang biasanya di kerjakan
oleh ibunya.
Ditambah harus menyiapkan obat-obatan buat
sang ibu sebelum dan setelah pulang kerja (Di Taiwan sulit sekali mencari
pembantu, kalau pun ada mahal sekali). Hal ini membuat A Be menjadi kesal dan
uring-uringan di rumah.
Pada saat ia mencari sesuatu dan
mengacak-acak lemari ibunya, A Be melihat sebuah kotak kecil. Di dalam kotak
itu ada sebuah foto dan potongan koran usang. Bukan berisi perhiasan seperti
dugaan A Be. Foto berukuran postcard itu tampak seorang wanita cantik.
Potongan koran usang memberitakan tentang
seorang wanita berjiwa pahlawan yang telah menyelamatkan anaknya dari musibah
kebakaran. Dengan memeluk erat anaknya dalam dekapan, menutup dirinya dengan
sprei kasur basah menerobos api yang sudah mengepung rumah. Sang wanita
menderita luka bakar yang cukup serius sedang anak dalam dekapannya tidak
terluka sedikit pun.
Walau sudah usang, A Be cukup dewasa untuk
mengetahui siapa wanita cantik di dalam foto dan siapa wanita pahlawan yang
dimaksud dalam potongan koran itu. Dia adalah ibu kandung A Be. Wanita yang
sekarang terbaring tidak berdaya. Spontan air mata A Be menetes keluar tanpa
bisa dibendung. Dengan menggenggam foto dan potongan koran usang tersebut, A Be
langsung bersujud di samping ranjang sang ibu yang terbaring.
Sambil menahan tangis, ia meminta maaf dan
memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini. Sang ibu ikut menangis, terharu
dengan ketulusan hati anaknya.
“Yang sudah-sudah nak, ibu sudah maafkan.
Jangan diungkit lagi.”
Setelah ibunya sembuh, A Be bahkan berani
membawa ibunya belanja ke supermarket. Walau menjadi pusat perhatian banyak
orang. A Be tetap cuek bebek. Kemudian peristiwa ini menarik perhatian
wartawan. Dan membawa kisah ini ke media cetak dan elektronik.
Teman-teman yang masih mempunyai ibu di
rumah, biar bagaimana pun kondisinya, segera bersujud dihadapannya. Selagi
masih ada waktu. Jangan sia-siakan budi jasa ibu selama ini yang merawat dan
membesarkan kita tanpa pamrih. Kasih seorang ibu sungguh mulia.
Source: From Mailing List
Siena Viena
No comments:
Post a Comment